Selasa, 22 Oktober 2013

LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH KERJA LAPANGAN TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH DI PANTAI KONDANG MERAK MALANG SELATAN

LAPORAN PRAKTIKUM
KULIAH KERJA LAPANGAN  
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
DI PANTAI KONDANG MERAK MALANG SELATAN

DOSEN PENGAMPU :
Ainun Nikmati Laily, M.Si
Drs. Sulisetjono, M.Si

DISUSUN OLEH :
        Umdatul Khasanah                 (12620059)
        Syarafina Putri                        (12620060)
       Aminah Zahara                        (12620067)
       Muhammad Faizal                   (12620074)
                


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2013



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai Negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Sebagai Negara dengan luas wilayah lebih dari 70 %, salah satu kekayaan alam yang bisa kita manfaatkan adalah sumber daya alam hayati. Selain ikan, alternative hasil laut yang bisa diolah adalah alga meskipun tidak semua alga bisa digunakan.
Alga dalam istilah Indonesia sering disebut sebagai ganggang merupakan tumbuhan talus karena belum memiliki akar, batang dan daun sejati. Algae (ganggang) dapat dibedakan menjadi tujuh kelompok yaitu : cyanophyta, cholrophyta, euglenophyta, pyrrophyta, crysophyta, phaeophyta, rhodophyta.berdasarkan pigmen dominannya ketujuh kelompok tersebut meliputi: Chrysophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta.
Rataan terumbu karang yang bersubstrat lumpur, lumpur-pasiran, pasir, pasir-lumpuran dan pecahan karang mati merupakan habitat dari macam-macam biota laut. Salah satu penghuni rataan terumbu karang adalah algae berzat kapur. Menurut DAWSON (1966) kelompok algae berzat kapur ini mempunyai peranan penting dalam pembentukan ekosistem terumbu kerang. Tumbuhan ini hidup sebagai fitobentik yang menancap atau menempel pada substrat lumpur, pasir, karang mati atau benda-benda yang ada di dasar laut. Ia bersifat epifitik maupun saprofitik, dan sering berasosiasi dengan hewan dan tumbuhan lain. Di daerah tropis, khususnya di Indonesia, algae ini banyak dijumpai di pantai-pantai dengan warna beraneka ragam dan kadang-kadang bentuknya mirip dengan karang hidup. Ciri khasnya ialah mengandung unsur-unsur zat kapur yang cukup tinggi yaitu karbonat kalsium (CaCO3), berupa kalsit dan aragonit.
Secara fenotif algae berzat kapur mempunyai susunan tubuh yang menyerupai akar, batang dan daun. Bagian-bagian ini seluruhnya disebut thallus yang bentuknya bermacam-macam seperti bulat, gepeng dan pipih. Thallus ada yang bersel satu (unisellu-ler) dan bersel banyak (multiselluler). Percabangannya dapat  dua-dua berselang-seling sepanjang thallus utama (pinnate alternate), dua-dua berlawanan sepanjang thallus utama (pinnate distichous), ber-pusat pada thallus utama (verticillate) dan dua-duanya berselang-seling sepanjang thallus utama dengan cabang-cabang (monopodial). Masing-masing jenis mempunyai pigmen yang berbeda-beda yaitu klorofil, karotin, fikoeritrin dan fikosianin. Dalam keadaan kering warna pigmen pada umumnya berubah menjadi warna putih. Menurut DAWSON (1966) penggolongan jenis algae ini di dasari pada tinggi rendahnya kandungan zat kapur yang terdapat dalam selnya.
Pada umumnya algae berzat kapur terbagi dalam tiga kelas, yaitu Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta. Kelas-kelas ini mengandung jenis-jenis alga yang hampir terdapat di seluruh perairan pantai di dunia. Salah satunya adalah kelas Rhodophyta, kehadiran jenis-jenis kelas ini merupakan pelopor dari rumput laut berzat kapur yang sejati karena mem-punyai kandungan zat kapur sangat tinggi. Hampir semua komunitas algae berzat kapur didominasi oleh kelas Rhodophyta. Ia banyak dijumpai pada rataan terumbu karang terutama tumbuh pada substrat karang mati, moluska dan benda-benda yang tenggelam di dasar laut.
Secara umum alga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut Habitat, habitat alga adalah tempat-tempat yang berair baik air tawar maupun air laut. Tempat-tempat yang lembab pohon dan lain sebagainya. alga juga dapat dapat ditemukan pada tempat-tempat yang memiliki suhu-suhu ekstrem tinggi atau ekstrem rendah.
Struktur tubuh sel, individu-individu uniseluler yang dapat bergerak (motil) dengan bantuan bulu cambuk (flagel) dan individu-individu yang multiseluler mempunyai beberapa bentuk antara lain: koloni senobium, koloni agregat, filamen, sifoneus, parenkimateus. Susunan sel, alga memiliki dua tipe sel yang bersifat prokariaotik maupun eukariotik. Tipe plastida yang dijumpai pada alga adalah kloroplas dengan bermacam-macam pigmen yang diperlukan untuk fotosintesis.
Pigmen pada alga memperlihatkan variasi warna yang cukup nyata seiring dengan perubahan-perubahan pada kondisi linkungan yang berbeda. Klorofil diketahui ada 5 macam yang ditemukan pada alga Yaitu klorofil a dapat ditemukan pada semua jenis alga. Klorofil b hanya ditemukan pada chlorophyta, dan euglena. Klorofil c dapat ditemukan pada chrysophyta, pyrrophyta, cryptophyta dan phaeophyta, klorofil d hanya dijumpai pada rhodophyta, sedangkan klorofil e hanya dimiliki oleh semua genus tribonema dan pada zoosprora vancheria.
Cadangan makanan, bentuk candangan makanan alga yang disimpan bervariasi antar kelompok alga pada chlorophyta berupa amilum seperti pada tumbuhan tinggi. Pada cyanophyta berupa tepung myxophycean dan pada rhodophyta berupa tepung floridean dan padaphaeophyta cadangan makanan berupa laminarin dan manitol.
Perkembangbiakan, dengan cara vegetatif, sporik, dan gametik. Daur hidup dan pergantian keturunan, daur hidup adalah proses yang dimulai dari satu individu sampai terbentuk generasi baru. Selama perkembangan alga melalui sejumlah tahap yang berbeda dan urutanya disebut sejarah hidup. Dalam daur hidup untuk setiap alga adalah berbeda, tumbuhan yang mempunyai generasi dengan inti haplit disebut gametofit.dan yang mengandung inti diploid disebut sporofit. Urutan secara teratur dari gametofit dan sporofit disebut pergantian generasi.
Dalam laporan ini hanya akan mempelajari dua spesies dari kelas Rhodophyta, yaitu Gracilaria cornicata dan Cheilosporum spectabile yang akan dibahas dihalaman selanjutnya.

1.2  Tujuan

Tujuan dari KKL (kuliah Kerja Lapangan) ini adalah:
1.      Dapat mengetahui keanekaragaman jenis alga sesuai pengelompokan divisinya yang terdapat di pantai Kondang Merak.
  1. Dapat mengetahui ciri-ciri morfologis masing-masing jenis alga yang ditemukan di pantai Kondang Merak.
  2. Dapat mengetahui habitat dari masing-masing jenis alga yang ditemukan.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ini adalah Agar mahasiswa dapat mengetahui keanekaragaman sumber daya hayati khusunya alga sehingga dapat menjaga kelestarian dan keimbangan perairan di Pantai Kondang Merak
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Pantai Kondang Merak
Pantai Kondang Merak terletak di Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Masih banyak orang bahkan masyarakat Malang yang tidak mengetahui keberadaan Pantai yang terletak di bagian selatan Kabupaten Malang INI. Kurang lebih 63,5 km dan dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam dari Kota Malang. Terletak diantara 8°23’ 50,56” Lintang Selatan dan 112° 31’ 06,89” Bujur Timur. Topografi kawasan Pantai Kondang Merak terdiri dari dataran luasnya diperkirakan 1.125 Ha dan perbukitan atau pegunungan luasnya diperkirakan 1.526 Ha. Pantai Kondang Merak mempunyai pantai yang relatif terlindung, selain itu terdapat adanya muara sungai (estuari) yang memiliki organisme yang beraneka ragam yang meliputi terumbu karang, lamun, dan mangrove. Faktor-faktor Oceanografi yang mempengaruhi perairan Pantai Kondang Merak meliputi suhu, arus, salinitas, pH dan kecerahan (Prasetyo, 2009).
Kondisi ekologi daerah pasang surut Pantai Kondang Merak yaitu suhu air rata-rata 26,5o C, pH air rata-rata 5,6, sedangkan subtrat berupa pasir, lumpur, batu-batuan, termasuk karang dan sebagian besar adalah batu karang (Saptasari, 2008).
Menurut Hayati (2009) Pantai kondang Merak merupakan pantai yang relatif tertutup dari masyarakat luar, terdiri atas sejumlah penduduk yang kehidupan sehari-harinya sangat bergantung pada sumber daya alam di pantai. Sebagian besar masyarakat membudidayakan makroalga sebagai sumber penghasilan.

2.2 Alga Merah (Rhodophyta)
Alga, menurut Trainor (dalam Dawes 1981), merupakan tumbuhan tidak bervaskular yang boleh berfotosintesis. Ia memiliki klorofil dan struktur pembiakan yang mudah. Keupayaan alga menjalankan proses fotosintesis dibantu oleh kehadiran pigmen seperti klorofil a, b, c, d dan e di samping pigmen lain seperti karotenoid dan biloprotein. Pigmen-pigmen yang terdapat dalam setiap kategori atau kumpulan alga membantu dalam mencirikan sifat luaran seperti warna yang juga penunjuk mudah dalam pengelasan. Namun, warna alga boleh berubah bergantung kepada kesan persekitaran seperti dedahan kepada sumber cahaya.
Alga merah yang dikategorikan sebagai divisi Rhodophyta dianggarkan berjumlah hampir 3000 spesies boleh ditemui di persekitaran lautan. Sedikit sahaja yang hidup di air tawar atau di atas tanah. Ahli divisi Rhodophyta secara umumnya boleh dikenali melalui warna kemerahan talusnya.  Penghasilan warna merah tersebut berpunca daripada pigmen fikoeritrin yang dominan berbanding pigmen lain (Ahmad, 1995).
Tabel 1.1: Pigmen dalam ciri diagnosis Rhodophyta.

Divisi
Rhodophyta
Pigmen
Klorofil a, d, c; fikosianin dan fikoeritrin; α dan β karoten

Sumber: (Ahmad 1995).
Kehadiran alga telah dipercayai dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor fizikal dan kimia persekitaran. Faktor-faktor tersebut terdiri daripada cahaya, suhu dan kemasinan serta meliputi aktiviti organisma seperti ragutan haiwan lain di habitat ataupun persekitaran yang sama. Cahaya meliputi kedua-dua aspek iaitu intensiti dan kualiti berperanan penting untuk alga bentik.  Menurut Waaland et al. (dalam Dawes 1981), perubahan kadar fikoeritrin terhadap klorofil dikawal oleh intensiti cahaya. Alga dari divisi Rhodophyta bergantung kepada faktor kejernihan air yang memberi kesan kepada tahap penembusan cahaya (Boney, 1966).
Secara umumnya, taburan alga dipengaruhi oleh interaksi faktor-faktor fizikal, kimia, biologi dan dinamik yang bertindak dalam memaksimumkan  pertumbuhan di sesuatu habitat. Faktor-faktor fizikal persekitaran lautan menurut Dawson (1966), melibatkan faktor cahaya seperti tempoh, intensiti dan kualiti, faktor substrat dengan sifat-sifat fizikal merangkumi kekerasan, kerapuhan, keporosan serta kedudukan yang berhubung rapat dengan kesan dedahan air laut, kelarutan serta keboleh-hakisan, warna dan komposisi kimia. Sementara, faktor-faktor kimia merangkumi saliniti, oksigen terlarut, kesediaan karbon dioksida bebas untuk fotosintesis, nitrogen, fosforus serta unsur-unsur metabolik, kesesuaian pH serta pencemaran semulajadi lautan mahupun oleh aktiviti manusia.
Alga ada beberapa jenis yang kesemuanya masuk dalam divisi. Salah satunya adalah divisi Rhodophyta. Divisi ini dari segi klasifikasi taksonominya hanya terdiri dari satu kelas saja yaitu kelas Rhodophyceae. Divisi Rhodophyta memiliki ciri-ciri antara lain selnya mempunyai dinding yang terdiri dari selulose dan agar atau karagen. Rhodophyceae tidak pernah menghasilkan sel-sel berflagela. Memiliki sejumlah pigmen klorofil yang terdiri dari klorofil a dan d. Memiliki Fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin dan fikosianin yang sering disebut pigmen aksesoris. terdapat karoten yaitu pigmen-pigmen yang terdapat dalam kloroplas. Cadangan makanan berupa tepung flaridea dan terdapat diluar kloroplas. Memiliki talus (Gupfa, 1981).
Hampir semuanya multiseluler, hanya 2 marga saja yang uniseluler. Talus yang multiseluler berbentuk filamen silinder ataupun helaian. Pada dasarnya talus yang multiseluler, terutama yang tinggi tingkatannya terdiri dari filamen-filamen yang bercabang-cabang dan letaknya sedemikian rupa hingga membentuk talus yang pseudoparenkhimatik. Talus umumnya melekat pada substrat dengan perantaraan alat pelekat. Pada Rhodophyta yang tinggi tingkatannya ada 2 tipe talus: monoaksial dan multiaksial. Reproduksi pada perkembangbiakan pada divisi Rhodophyta umunya sama dengan jenis divisi lainnya dari alga (Hook, 1998)
Reproduksi dapat dilakukan secara vegetatif dengan fragmentasi. Rhodopyceae membentuk bermacam-macam spora, karpospora (spora seksual), sporta, netral, monospora. Tetraspora, bispora, dan polispora (Sabbhitah, 1999)
Pergantian keturunan, pada yang tinggi tingkatannya terdiri dari 2 tipe, yaitu bifasik dan trifasik. pada tipe Bifasik inti zigot langsung mengadakan meiosis; hingga menghasilkan karposporafit haploid yang tumbuh pada gametofitnya atau inti zigot membelah mitosis hingga membentuk karposporangium yang intinya diploid inti karposporangium mengadakan meiosis dan membentuk karpospora yang haploid. Karposporofit berada pada gametofit. Pada tipe Trifasik inti zigot hanya membelah mitosis, membentuk karposporangium dengan karpospora yang diploid. Karposporofit terdapat pada gametofit, karpospora yang diploid tumbuh menjadi tetrasporofit yang diploid dan hidup bebas, tetrasporangium yang terbentuk intinya membelah meiosis dan menghasilkan 4 spora yang haploid (tertraspora). Tetraspora tumbuh menjadi gametofit. Gametofit dan tetrasporofit umumnya isomorfik (Sabbhitah, 1999).
Habitat Rhodophyta menurut (Sulisetjono, 2009), hidup di lingkungan air tawar. Distribusi luas di seluruh dunia, sebagian besar tumbuh pada batu-batuan karang, beberapa jenis juga epifit pada tumbuhan air kelompok tumbuhan tinggi (Angiosperm) atau pada Rhodophyceae yang lain.

2.3 Spesies Alga Merah
Ganggang Merah (Gracilaria sp.) termasuk Classis Rhodophyceae karena berwarna merah sampai ungu, kadang-kadang juga lembayung atau pirang kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil –a dan karetonoid, tetapi warn aitu tertutup fikoetrin.  Gracilaria sp. termasuk dalam Sub Classis Floridae, karena talus bercabang-cabang dengan beraturan dan mempunyai beranekaragam bentuk seperti benang, lembaran-lembaran. Percabangan menyirip atau menggarpu. Tubuhnya silindris dengan garis tengah 2-3 mm bercabang-cabang seperti talus pada Ulva sp. tetapi lebih tebal dan mempunyai sistokarp. Habitat dari Gracilaria sp. yaitu berada di laut (Ahmad, 2009).
Klasifikasi Gracilaria corticata (Dawson, 1966) :
Kingdom        : Plantae
Divisi               : Rhodophyta
Kelas               : Rhodophyceae
Ordo               : Gracilariales
Famili             : Gracilariaceae
Genus             : Gracilaria
Spesies            : Gracilaria corticata

Klasifikasi Cheilosporum spectabile (Dawson, 1966) :
Kingdom        : Plantae
Divisi               : Rhodophyta
Kelas               : Rhodophyceae
Ordo               : Cryptonemiales
Famili             : Corallinaceae
Genus             : Cheilosporum
Spesies            : Cheilosporum spectabile























BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Sabtu-Minggu tanggal 12-13 Oktober 2013 bertempat di Pantai Kondang Merak Desa Sumberbering Kecamatan Bantur Kabupaten Malang.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.                  Kertas                          (1 buah)
2.                  Pensil                           (1 buah)
3.                  Penghapus                   (1 buah)
4.                  Kamera                        (1 buah)
5.                  Penggaris                     (1 buah)
6.                  Plastik                         (20 buah)
7.                  Kresek besar                (3 buah)
8.                  Ice box                                    (1 buah)
9.                  Toples                          (2 buah)
3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.                  Es batu                                    (3 balok)
2.                  Formalin 4%                (1 liter)
3.                  Aquades                      (1 liter)

3.3              Cara Kerja
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1.                  Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2.                  Dibuat plot.
3.                  Dicari spesies alga yang masuk ke dalam divis Rhodophyta di kawasan Pantai Kondang Merak.
4.                  Diukur dengan penggaris dan difoto dengan kamera.
5.                  Diidentifikasi  ciri-cirinya dan diklasifikasikan jenis spesiesnya.
6.                  Dimasukkan ke dalam plastik dan diberi label.
7.                  Disimpan di dalam ice box yang sudah diberi es batu.
8.                  Diencerkan formalin.
9.                  Dimasukkan ke dalam toples.
10.              Dimasukkan alga yang sudah diidentifikasi ke dalam toples yang sudah diisi formalin.
11.              Ditutup rapat dan diberi label.
12.              Disimpan di laboratorium ekologi.






















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gracilaria corticata
4.1.1 Gambar Gracilaria corticata
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur




www.thereeftank.com

Keterangan gambar :
Ø  Bentuk talus :
§  berwarna merah
§  struktur halus
§  bentuk talus pipih
§  tepi bergelombang
§  holdfast seperti serabut dan berwarna putih kecoklatan
§  stipe dan blade belum bisa dibedakan
§  membentuk percabangan dikotom

Ø  Ukuran talus :
§  panjang keseluruhan 5,5 cm
§  lebar keseluruhan 6,5 cm
§  panjang blade 4 cm
§  lebar blade 0,5 cm
§  panjang percabangan 0,8 cm
§  lebar percabangan 0,3 cm
4.1.2 Klasifikasi Gracilaria corticata
Klasifikasi Gracilaria corticata menurut Greville (1830)  :
Kingdom : Plantae
      Divisi : Rhodophyta
     Kelas : Florideophyceae
                                        Ordo : Gracilariales
                                                   Famili : Gracilariaceae
                                                             Genus : Gracilaria
                                                                      Spesies : Gracilaria corticata

4.1.3 Pembahasan Gracilaria corticata
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada spesies Gracilaria corticata yang ditemukan di Pantai Kondang Merak didapatkan hasil bahwa Gracilaria corticata memiliki struktur talus halus, pipih, agak keras, dan berwarna merah. Blade membentuk percabangan dua (dikotom). Memiliki holdfast serabut berwarna putih kecoklatan, sedangkan stipenya sulit dibedakan dengan bladenya. Ukuran panjang talus keseluruhan 5,5 cm dan lebar keseluruhan 6,5 cm. Panjang blade 4 cm dan lebar blade 0,5 cm. Panjang percabangan 0,8 cm dan lebar percabangan 0,3 cm. Alga ini ditemukan kira-kira 30 meter dari pinggir pantai.
Alga jenis ini termasuk divisi Rhodophyta yang mempunyai warna merah karena mempunyai pigmen klorofil a dan d, karotenoid, dan fikoeritrin. Alga merah (red alga) atau Rhodophyta berasal dari bahasa yunani rhodos “merah” tidak memiliki tahapan flagellate dalam siklus hidupnya. Alga merah umumnya berwarna kemerahan karena adanya pigmen asesoris yang disebut fikobilin (Campbell, 2000).
Talus dari alga bervariasi mengenai bentuk tekstur dan warnanya. Bentuk talus ada yang silindris, pipih, dan lembaran, rumpun yang berbentuk dari berbagai sistem percabangan ada yang tampak sederhana ada pula yang berupa percabangan yang kompleks. Warna talus bervariasi merah, ungu, coklat dan hijau (Sulisetjono, 2009).
               Studi lapangan mata kuliah taksonomi tumbuhan rendah  di pantai kondang merak, malang selatan tentang Gracilaria corticata dapat dikatakan sesuai dengan literature yang digunakan praktikan. Bahwa Gracilaria corticata berwarna merah tua (Rhodophyta) dan habitatnya berada pada zona pasang surur air laut.
               Meskipun namannya seperti itu, tidak semua Rhodophyta berwarna merah. spesies yang beradaptasi di kedalaman air yang berbeda, berbeda pula perbandingan pigmen asesorisnya. Rhodophyta warnanya hamper hitam di laut dalam, merah cerah pada kedalaman sedang, dan menjadi kehijauan pada air yang sangat dangkal karena lebih sedikit pikoeritrin yang menutupi kehijauan klorofil. beberapa spesies tidak memiliki semua pigmentasi tersebut dan berfungsi secara heterotrof sebagai parasit pada alga merah lainnya (Campbell,2003).
                    Rumput laut atau algae yang juga dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari tanaman laut. Perairan laut Indonesia dengan garis pantai sekitar 81.000 km diyakini memiliki potensi rumput laut yang sangat tinggi. Tercatat sedikitnya ada 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia, diantaranya ada 55 jenis yang diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi, diantaranya Eucheuma sp., Gracilaria sp. dan Gelidium sp. Sejak zaman dulu rumput laut telah digunakan manusia sebagai makanan dan obat-obatan.








4.2. Cheilosporum spectabile
4.2.1 Gambar Cheilosporum spectabile
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur



(www.boldsystems.org)
Keterangan gambar :
Ø  Bentuk talus :
§  berwarna merah pudar
§  struktur halus
§  bentuk talus pipih
§  tepi bergerigi
§  holdfast berbentuk cakram
§  stipe dan blade belum bias dibedakan
§  tidak membentuk percabangan
Ø  Ukuran talus :
§  panjang keseluruhan 5,5 cm
§  lebar keseluruhan 5,5 cm
§  panjang blade 3 cm
§  lebar blade 2 cm







4.2.2 Klasifikasi Cheilosporum spectabile
Klasifikasi Gracilaria corticata menurut Greville (1830)  :
            Kingdom : Plantae
                    Divisi : Rhodophyta
                             Kelas : Florideophyceae
                                     Ordo : Corallinales
                                             Famili : Corallineceae
                                                     Genus : Cheilosporum
                                                             Spesies : Cheilosporum spectabile
4.2.3 Pembahasan Cheilosporum spectabile
Berdasarkan hasil  identifikasi yang telah kami lakukan Cheilosporum spectabile  yang ditemukan di Pantai Kondang Merak tergolong dalam divisi Rhodophyta dengan warna merah pudar, spesies ini ditemukan di tengah pantai ketika Pantai Kondang Merak surut. Ciri-ciri dari Cheilosporum spectabile yaitu memiliki holdfast berbentuk cakram, talus berbentuk lembaran pipih, tipis dan tepinya bergerigi. Stipe dan blade belum bisa dibedakan, membentuk percabangan dikotom. Hidup bentos, menempel pada substrat batu karang dengan cakram, hidup didekat batas ombak pasang surut.
Alga merah sangat melimpah pada perairan pantai bersuhu hangat dilautan tropis, akan tetapi ada juga beberapa spesies yang hidup liar di air tawar dan tanah. Fikobilin dan pigmen asesoris yang lainnya memungkinkan beberapa spesies untuk menyerap panjang gelombang yang tersaring (biru dan hijau). Pada air yang dalam suatu spesies alga merah baru ditemukan pada kedalaman lebih dari 260 (Tjitrosoepomo, 2005).
            Umumnya hidup di lingkungan air laut, sebagian besar tumbuh pada batu-batuan karang, beberapa jenis juga hidup epifit pada tumbuhan air kelompok tinggi (Angiosperm) atau pada Rhodophyceae yang lain, Phaeophycea, Chlorophyceae (Tjitrosoepomo,2009).
Sebagian alga merah adalah multiseluler, dan yang tersebar menjadi bagian dari rumput laut bersama alga coklat. meskipun tidak ada alga merah yang sebesar alga coklat raksasa (kelp). Banyak diantara talus alga merah berfilamen, Sering kali bercabang dan terpilin dalam pola renda yang rumit. Dasar talus ini umumnya  terdiferensasi sebagai sebuah holhfast sederhana (Ferdinand, 2002).
Beberapa alga merah digunakan sebagai bahan makanan  di daerah pantai terutama dikawaan timur. Agar-agar yang secara luas digunakan sebagian besar untuk pembiakan bakteri dan organisme yang lain di ekstrak dari alga merah (Tjitrosoepomo, 2005).
























BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa di pantai Kondang Merak ditemukan banyak spesies makroalga. Diantara spesies-spesies tersebut yang tergolong dalam kelas Rhopophyta yaitu :
1.      Gracilaria cornicata merupakan alga merah (Rhodophyta) karena thallusnya berwarna merah, mengandung klorofil a  dan d, karotinoid dan fikobilin (fikoeritrin dan fikosianin). Bentuk thallus pipih, menempel pada substrat batu dan mengandung zat kapur. Memiliki tinggi thallus ± 9 -17 cm, kaku, permukaannya rata, percabangan dikotom dan bersegmen. Ukuran segmen biasanya 2-4 mm dan halus. Kelimpahan alga ini dominan. Biasanya alga ini dipakai untuk bahan pembuatan agar-agar.
2.      Cheilosporum spectabile merupakan alga merah (Rhodophyta) juga karena warna dari thallusnya adalah merah. Thallusnya berbentuk pipih, dan mengandung kapur. Melekat pada koral dan batu, biasanya juga mengapung dalam air laut. Panjang thallus 6 cm, lembut, tegak lurus, dan mempunyai percabangan dikotom. Kelimpahan alga ini moderat.

5.2 Saran

            Sebaiknya dalam pengambilan spesies lebih diminimalisir lagi, jika herbarium di laboratorium sudah ada mending spesies yang itu tidak usah diambil, demi menjaga kelestaian tumbuhan laut disan juga.








DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Ismail. 1995. Rumpai Laut Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa & Pustaka.
Boney, A.D. 1966. A Biology of Marine Algae. London: Anchor Press.
Dawes, C.J. 1981. Marine Botany. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Dawson, E.Y. 1966. Marine Botany: An Introduction. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.
Gupfa, J.S. 1981. Text Book of Algae. Oxford & IBH Publishing. Co. New Delhi.
Hayati, A dan Insan, M, 2009. Keanekaragaman Makroalga di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang. Makalah Seminar Nasional Biologi XX dan Konggres PBI XIV di Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang. 24-25/III 2009.
Hook, C. Van den. 1998. Algae An Introduction to Phycology. Cambridge. University Press. London.
Prasetyo, L. 2009. Studi Tentang KeanekaragamanKarang Jenis Hermatipik (Hermatypic Coral) Di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur. Skripsi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Malang
Sabbithah, S. 1999. Taksonomi Tumbuhan 1 (ALGAE). Laboratorium Taksonomi Tumbuhan. Fakultas Biologi UGM.
Saptasari, Murni. 2010. Variasi Ciri Morfologi Dan Potensi Makroalga Jenis Caulerpa Di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang. El Hayah. Vol.1 No.2
Sulisetjono. 2009. Bahan Serahan Alga. Malang : UIN Press.



2 komentar:

  1. Mba zahra, punya bahan kuliah taksonomi tumbuhan dari pak Sulisetjono ga?? saya lagi butuh untuk skripsi saya. Terimakasih sebelumnya :)

    BalasHapus
  2. Casino: Slots & Bingo | JTM Hub
    Come and play 제주도 출장샵 at the world's largest 남양주 출장샵 slot machine 군포 출장마사지 game library. 과천 출장안마 Enjoy 24/7 slot and bingo plus over 200 강릉 출장샵 casino games online including Blackjack, Roulette,

    BalasHapus