LAPORAN
PRAKTIKUM
KULIAH KERJA LAPANGAN
TAKSONOMI TUMBUHAN
RENDAH
DOSEN
PENGAMPU :
Ainun Nikmati Laily,
M.Si
Drs.
Sulisetjono, M.Si
DISUSUN
OLEH :
Umdatul
Khasanah (12620059)
Syarafina
Putri (12620060)
Aminah
Zahara (12620067)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM
MALANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia dikenal sebagai
Negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Sebagai Negara dengan luas
wilayah lebih dari 70 %, salah satu kekayaan alam yang bisa kita manfaatkan
adalah sumber daya alam hayati. Selain ikan, alternative hasil laut yang bisa
diolah adalah alga meskipun tidak semua alga bisa digunakan.
Alga dalam istilah
Indonesia sering disebut sebagai ganggang merupakan tumbuhan talus karena belum
memiliki akar, batang dan daun sejati. Algae (ganggang) dapat dibedakan menjadi
tujuh kelompok yaitu : cyanophyta, cholrophyta, euglenophyta, pyrrophyta,
crysophyta, phaeophyta, rhodophyta.berdasarkan pigmen dominannya ketujuh
kelompok tersebut meliputi: Chrysophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta.
Rataan terumbu karang yang bersubstrat lumpur,
lumpur-pasiran, pasir, pasir-lumpuran dan pecahan karang mati merupakan habitat
dari macam-macam biota laut. Salah satu penghuni rataan terumbu karang adalah
algae berzat kapur. Menurut DAWSON (1966) kelompok algae berzat kapur ini
mempunyai peranan penting dalam pembentukan ekosistem terumbu kerang. Tumbuhan
ini hidup sebagai fitobentik yang menancap atau menempel pada substrat lumpur,
pasir, karang mati atau benda-benda yang ada di dasar laut. Ia bersifat
epifitik maupun saprofitik, dan sering berasosiasi dengan hewan dan tumbuhan
lain. Di daerah tropis, khususnya di Indonesia, algae ini banyak dijumpai di
pantai-pantai dengan warna beraneka ragam dan kadang-kadang bentuknya mirip
dengan karang hidup. Ciri khasnya ialah mengandung unsur-unsur zat kapur yang
cukup tinggi yaitu karbonat kalsium (CaCO3), berupa kalsit dan aragonit.
Secara fenotif algae berzat kapur mempunyai susunan tubuh
yang menyerupai akar, batang dan daun. Bagian-bagian ini seluruhnya disebut
thallus yang bentuknya bermacam-macam seperti bulat, gepeng dan pipih. Thallus
ada yang bersel satu (unisellu-ler) dan bersel banyak (multiselluler).
Percabangannya dapat dua-dua
berselang-seling sepanjang thallus utama (pinnate alternate), dua-dua
berlawanan sepanjang thallus utama (pinnate distichous), ber-pusat pada thallus
utama (verticillate) dan dua-duanya berselang-seling sepanjang thallus utama
dengan cabang-cabang (monopodial). Masing-masing jenis mempunyai pigmen yang
berbeda-beda yaitu klorofil, karotin, fikoeritrin dan fikosianin. Dalam keadaan
kering warna pigmen pada umumnya berubah menjadi warna putih. Menurut DAWSON
(1966) penggolongan jenis algae ini di dasari pada tinggi rendahnya kandungan
zat kapur yang terdapat dalam selnya.
Pada umumnya algae berzat kapur terbagi dalam tiga kelas,
yaitu Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta. Kelas-kelas ini mengandung
jenis-jenis alga yang hampir terdapat di seluruh perairan pantai di dunia.
Salah satunya adalah kelas Rhodophyta, kehadiran jenis-jenis kelas ini
merupakan pelopor dari rumput laut berzat kapur yang sejati karena mem-punyai
kandungan zat kapur sangat tinggi. Hampir semua komunitas algae berzat kapur
didominasi oleh kelas Rhodophyta. Ia banyak dijumpai pada rataan terumbu karang
terutama tumbuh pada substrat karang mati, moluska dan benda-benda yang
tenggelam di dasar laut.
Secara umum alga mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut Habitat, habitat alga adalah tempat-tempat yang
berair baik air tawar maupun air laut. Tempat-tempat yang lembab pohon dan lain
sebagainya. alga juga dapat dapat ditemukan pada tempat-tempat yang memiliki
suhu-suhu ekstrem tinggi atau ekstrem rendah.
Struktur tubuh sel, individu-individu uniseluler yang dapat bergerak (motil) dengan bantuan
bulu cambuk (flagel) dan individu-individu yang multiseluler mempunyai beberapa
bentuk antara lain: koloni senobium, koloni agregat, filamen, sifoneus,
parenkimateus. Susunan sel,
alga memiliki dua tipe sel yang bersifat prokariaotik maupun eukariotik. Tipe
plastida yang dijumpai pada alga adalah kloroplas dengan bermacam-macam pigmen
yang diperlukan untuk fotosintesis.
Pigmen pada alga memperlihatkan
variasi warna yang cukup nyata seiring dengan perubahan-perubahan pada kondisi
linkungan yang berbeda. Klorofil diketahui ada 5 macam yang ditemukan pada alga Yaitu klorofil a
dapat ditemukan pada semua jenis alga. Klorofil b hanya ditemukan pada chlorophyta,
dan euglena. Klorofil c dapat ditemukan pada chrysophyta, pyrrophyta,
cryptophyta dan phaeophyta, klorofil d hanya dijumpai pada rhodophyta,
sedangkan klorofil e hanya dimiliki oleh semua genus tribonema dan pada
zoosprora vancheria.
Cadangan makanan, bentuk
candangan makanan alga yang disimpan bervariasi antar kelompok alga pada chlorophyta berupa amilum
seperti pada tumbuhan tinggi. Pada cyanophyta berupa tepung myxophycean dan
pada rhodophyta berupa tepung floridean dan padaphaeophyta cadangan makanan
berupa laminarin dan manitol.
Perkembangbiakan, dengan cara vegetatif, sporik, dan gametik. Daur hidup
dan pergantian keturunan, daur hidup adalah proses yang dimulai dari satu
individu sampai terbentuk generasi baru. Selama perkembangan alga melalui
sejumlah tahap yang berbeda dan urutanya disebut sejarah hidup. Dalam daur
hidup untuk setiap alga adalah berbeda, tumbuhan yang mempunyai generasi dengan
inti haplit disebut gametofit.dan yang mengandung inti diploid disebut
sporofit. Urutan secara teratur dari gametofit dan sporofit disebut pergantian
generasi.
Dalam laporan ini hanya akan mempelajari dua
spesies dari kelas Rhodophyta, yaitu Gracilaria cornicata dan Cheilosporum
spectabile yang akan dibahas dihalaman selanjutnya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari KKL (kuliah Kerja Lapangan) ini adalah:
1. Dapat
mengetahui keanekaragaman jenis alga sesuai pengelompokan divisinya yang
terdapat di pantai Kondang Merak.
- Dapat
mengetahui ciri-ciri morfologis masing-masing jenis alga yang ditemukan di
pantai Kondang Merak.
- Dapat
mengetahui habitat dari masing-masing jenis alga yang ditemukan.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ini
adalah Agar mahasiswa dapat mengetahui keanekaragaman sumber daya hayati
khusunya alga sehingga dapat menjaga kelestarian dan keimbangan perairan di
Pantai Kondang Merak
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Kondisi Pantai Kondang Merak
Pantai Kondang Merak terletak di Desa Sumberbening,
Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Masih banyak orang bahkan masyarakat Malang
yang tidak mengetahui keberadaan Pantai yang terletak di bagian selatan
Kabupaten Malang INI. Kurang lebih 63,5 km dan dengan jarak tempuh sekitar 2,5
jam dari Kota Malang. Terletak diantara 8°23’ 50,56” Lintang Selatan dan 112°
31’ 06,89” Bujur Timur. Topografi kawasan Pantai Kondang Merak terdiri dari
dataran luasnya diperkirakan 1.125 Ha dan perbukitan atau pegunungan luasnya
diperkirakan 1.526 Ha. Pantai Kondang Merak mempunyai pantai yang relatif terlindung,
selain itu terdapat adanya muara sungai (estuari) yang memiliki organisme yang
beraneka ragam yang meliputi terumbu karang, lamun, dan mangrove. Faktor-faktor
Oceanografi yang mempengaruhi perairan Pantai Kondang Merak meliputi suhu,
arus, salinitas, pH dan kecerahan (Prasetyo, 2009).
Kondisi ekologi
daerah pasang surut Pantai Kondang Merak yaitu suhu air rata-rata 26,5o C, pH
air rata-rata 5,6, sedangkan subtrat berupa pasir, lumpur, batu-batuan,
termasuk karang dan sebagian besar adalah batu karang (Saptasari, 2008).
Menurut Hayati
(2009) Pantai kondang Merak merupakan pantai yang relatif tertutup dari
masyarakat luar, terdiri atas sejumlah penduduk yang kehidupan sehari-harinya
sangat bergantung pada sumber daya alam di pantai. Sebagian besar masyarakat
membudidayakan makroalga sebagai sumber penghasilan.
2.2 Alga
Merah (Rhodophyta)
Alga, menurut Trainor (dalam Dawes 1981), merupakan
tumbuhan tidak bervaskular yang boleh berfotosintesis. Ia memiliki klorofil dan
struktur pembiakan yang mudah. Keupayaan alga menjalankan proses fotosintesis
dibantu oleh kehadiran pigmen seperti klorofil a, b, c, d dan e di samping
pigmen lain seperti karotenoid dan biloprotein. Pigmen-pigmen yang terdapat
dalam setiap kategori atau kumpulan alga membantu dalam mencirikan sifat luaran
seperti warna yang juga penunjuk mudah dalam pengelasan. Namun, warna alga
boleh berubah bergantung kepada kesan persekitaran seperti dedahan kepada
sumber cahaya.
Alga merah yang dikategorikan sebagai divisi
Rhodophyta dianggarkan berjumlah hampir 3000 spesies boleh ditemui di
persekitaran lautan. Sedikit sahaja yang hidup di air tawar atau di atas tanah.
Ahli divisi Rhodophyta secara umumnya boleh dikenali melalui warna kemerahan
talusnya. Penghasilan warna merah tersebut berpunca daripada pigmen
fikoeritrin yang dominan berbanding pigmen lain (Ahmad, 1995).
Tabel 1.1: Pigmen dalam ciri diagnosis Rhodophyta.
Divisi
|
Rhodophyta
|
Pigmen
|
Klorofil a, d, c; fikosianin dan fikoeritrin; α dan β karoten
|
Sumber: (Ahmad
1995).
Kehadiran alga telah
dipercayai dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor fizikal dan kimia
persekitaran. Faktor-faktor tersebut terdiri daripada cahaya, suhu dan
kemasinan serta meliputi aktiviti organisma seperti ragutan haiwan lain di
habitat ataupun persekitaran yang sama. Cahaya meliputi kedua-dua aspek iaitu
intensiti dan kualiti berperanan penting untuk alga bentik. Menurut
Waaland et al. (dalam Dawes 1981), perubahan kadar fikoeritrin terhadap
klorofil dikawal oleh intensiti cahaya. Alga dari divisi Rhodophyta bergantung
kepada faktor kejernihan air yang memberi kesan kepada tahap penembusan cahaya
(Boney, 1966).
Secara umumnya, taburan alga dipengaruhi oleh interaksi
faktor-faktor fizikal, kimia, biologi dan dinamik yang bertindak dalam
memaksimumkan pertumbuhan di sesuatu habitat. Faktor-faktor fizikal
persekitaran lautan menurut Dawson (1966), melibatkan faktor cahaya seperti
tempoh, intensiti dan kualiti, faktor substrat dengan sifat-sifat fizikal
merangkumi kekerasan, kerapuhan, keporosan serta kedudukan yang berhubung rapat
dengan kesan dedahan air laut, kelarutan serta keboleh-hakisan, warna dan
komposisi kimia. Sementara, faktor-faktor kimia merangkumi saliniti, oksigen
terlarut, kesediaan karbon dioksida bebas untuk fotosintesis, nitrogen, fosforus
serta unsur-unsur metabolik, kesesuaian pH serta pencemaran semulajadi lautan
mahupun oleh aktiviti manusia.
Alga ada beberapa jenis yang kesemuanya masuk dalam divisi. Salah
satunya adalah divisi Rhodophyta. Divisi ini dari segi klasifikasi taksonominya
hanya terdiri dari satu kelas saja yaitu kelas Rhodophyceae. Divisi Rhodophyta
memiliki ciri-ciri antara lain selnya mempunyai dinding yang terdiri dari
selulose dan agar atau karagen. Rhodophyceae tidak pernah menghasilkan sel-sel
berflagela. Memiliki sejumlah pigmen klorofil yang terdiri dari klorofil a dan
d. Memiliki Fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin dan fikosianin yang sering
disebut pigmen aksesoris. terdapat karoten yaitu pigmen-pigmen yang terdapat
dalam kloroplas. Cadangan makanan berupa tepung flaridea dan terdapat diluar
kloroplas. Memiliki talus (Gupfa, 1981).
Hampir semuanya
multiseluler, hanya 2 marga saja yang uniseluler. Talus yang multiseluler
berbentuk filamen silinder ataupun helaian. Pada dasarnya talus yang
multiseluler, terutama yang tinggi tingkatannya terdiri dari filamen-filamen
yang bercabang-cabang dan letaknya sedemikian rupa hingga membentuk talus yang
pseudoparenkhimatik. Talus umumnya melekat pada substrat dengan perantaraan
alat pelekat. Pada Rhodophyta yang tinggi tingkatannya ada 2 tipe talus:
monoaksial dan multiaksial. Reproduksi pada perkembangbiakan pada divisi
Rhodophyta umunya sama dengan jenis divisi lainnya dari alga (Hook, 1998)
Reproduksi dapat dilakukan secara vegetatif dengan fragmentasi.
Rhodopyceae membentuk bermacam-macam spora, karpospora (spora seksual), sporta,
netral, monospora. Tetraspora, bispora, dan polispora (Sabbhitah, 1999)
Pergantian keturunan, pada yang tinggi tingkatannya terdiri dari 2
tipe, yaitu bifasik dan trifasik. pada tipe Bifasik inti zigot langsung
mengadakan meiosis; hingga menghasilkan karposporafit haploid yang tumbuh pada
gametofitnya atau inti zigot membelah mitosis hingga membentuk karposporangium
yang intinya diploid inti karposporangium mengadakan meiosis dan membentuk karpospora
yang haploid. Karposporofit berada pada gametofit. Pada tipe Trifasik inti
zigot hanya membelah mitosis, membentuk karposporangium dengan karpospora yang
diploid. Karposporofit terdapat pada gametofit, karpospora yang diploid tumbuh
menjadi tetrasporofit yang diploid dan hidup bebas, tetrasporangium yang
terbentuk intinya membelah meiosis dan menghasilkan 4 spora yang haploid
(tertraspora). Tetraspora tumbuh menjadi gametofit. Gametofit dan tetrasporofit
umumnya isomorfik (Sabbhitah, 1999).
Habitat Rhodophyta menurut
(Sulisetjono, 2009), hidup di lingkungan air tawar. Distribusi luas di seluruh
dunia, sebagian besar tumbuh pada batu-batuan karang, beberapa jenis juga
epifit pada tumbuhan air kelompok tumbuhan tinggi (Angiosperm) atau pada
Rhodophyceae yang lain.
2.3
Spesies Alga Merah
Ganggang Merah (Gracilaria
sp.) termasuk Classis Rhodophyceae karena berwarna merah sampai ungu,
kadang-kadang juga lembayung atau pirang kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk
cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil –a dan karetonoid, tetapi warn
aitu tertutup fikoetrin. Gracilaria sp. termasuk dalam Sub Classis
Floridae, karena talus bercabang-cabang dengan beraturan dan mempunyai
beranekaragam bentuk seperti benang, lembaran-lembaran. Percabangan menyirip atau
menggarpu. Tubuhnya silindris dengan garis tengah 2-3 mm bercabang-cabang
seperti talus pada Ulva sp. tetapi lebih tebal dan mempunyai sistokarp. Habitat
dari Gracilaria sp. yaitu berada di laut (Ahmad, 2009).
Klasifikasi Gracilaria corticata (Dawson, 1966) :
Kingdom : Plantae
Divisi :
Rhodophyta
Kelas :
Rhodophyceae
Ordo :
Gracilariales
Famili :
Gracilariaceae
Genus :
Gracilaria
Spesies :
Gracilaria corticata
Klasifikasi Cheilosporum
spectabile (Dawson, 1966) :
Kingdom : Plantae
Divisi :
Rhodophyta
Kelas :
Rhodophyceae
Ordo :
Cryptonemiales
Famili :
Corallinaceae
Genus :
Cheilosporum
Spesies :
Cheilosporum spectabile
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Waktu
dan Tempat
Penelitian ini
dilaksanakan pada hari Sabtu-Minggu tanggal 12-13 Oktober 2013 bertempat di
Pantai Kondang Merak Desa Sumberbering Kecamatan Bantur Kabupaten Malang.
3.2 Alat
dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
1.
Kertas (1 buah)
2.
Pensil (1 buah)
3.
Penghapus (1 buah)
4.
Kamera (1 buah)
5.
Penggaris (1 buah)
6.
Plastik (20 buah)
7.
Kresek
besar (3 buah)
8.
Ice
box (1
buah)
9.
Toples (2 buah)
3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
1.
Es
batu (3
balok)
2.
Formalin
4% (1 liter)
3.
Aquades (1 liter)
3.3
Cara Kerja
Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1.
Disiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan.
2.
Dibuat
plot.
3.
Dicari
spesies alga yang masuk ke dalam divis Rhodophyta di kawasan Pantai Kondang
Merak.
4.
Diukur
dengan penggaris dan difoto dengan kamera.
5.
Diidentifikasi ciri-cirinya dan diklasifikasikan jenis
spesiesnya.
6.
Dimasukkan
ke dalam plastik dan diberi label.
7.
Disimpan
di dalam ice box yang sudah diberi es batu.
8.
Diencerkan
formalin.
9.
Dimasukkan
ke dalam toples.
10.
Dimasukkan
alga yang sudah diidentifikasi ke dalam toples yang sudah diisi formalin.
11.
Ditutup
rapat dan diberi label.
12.
Disimpan
di laboratorium ekologi.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Gracilaria corticata
4.1.1
Gambar Gracilaria corticata
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|||
www.thereeftank.com
|
Keterangan
gambar :
Ø Bentuk talus :
§ berwarna merah
§ struktur halus
§ bentuk talus pipih
§ tepi bergelombang
§ holdfast seperti serabut dan berwarna
putih kecoklatan
§ stipe dan blade belum bisa dibedakan
§
membentuk
percabangan dikotom
Ø Ukuran talus :
§ panjang keseluruhan 5,5 cm
§ lebar keseluruhan 6,5 cm
§ panjang blade 4 cm
§ lebar blade 0,5 cm
§ panjang percabangan 0,8 cm
§
lebar
percabangan 0,3 cm
4.1.2 Klasifikasi Gracilaria corticata
Klasifikasi Gracilaria corticata
menurut Greville (1830) :
Kingdom
: Plantae
Divisi : Rhodophyta
Ordo : Gracilariales
Famili : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Spesies : Gracilaria corticata
4.1.3 Pembahasan Gracilaria corticata
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan pada spesies Gracilaria corticata yang
ditemukan di Pantai Kondang Merak didapatkan hasil bahwa Gracilaria
corticata memiliki struktur talus halus, pipih, agak keras, dan berwarna
merah. Blade membentuk percabangan dua (dikotom). Memiliki holdfast serabut
berwarna putih kecoklatan, sedangkan stipenya sulit dibedakan dengan bladenya.
Ukuran panjang talus keseluruhan 5,5 cm dan lebar keseluruhan 6,5 cm. Panjang blade
4 cm dan lebar blade 0,5 cm. Panjang percabangan 0,8 cm dan lebar percabangan
0,3 cm. Alga ini ditemukan kira-kira 30 meter dari pinggir pantai.
Alga jenis ini
termasuk divisi Rhodophyta yang mempunyai warna merah karena mempunyai pigmen
klorofil a dan d, karotenoid, dan fikoeritrin. Alga merah (red alga) atau
Rhodophyta berasal dari bahasa yunani rhodos “merah” tidak memiliki tahapan
flagellate dalam siklus hidupnya. Alga merah umumnya berwarna kemerahan karena
adanya pigmen asesoris yang disebut fikobilin (Campbell, 2000).
Talus dari alga
bervariasi mengenai bentuk tekstur dan warnanya. Bentuk talus ada yang
silindris, pipih, dan lembaran, rumpun yang berbentuk dari berbagai sistem
percabangan ada yang tampak sederhana ada pula yang berupa percabangan yang
kompleks. Warna talus bervariasi merah, ungu, coklat dan hijau (Sulisetjono,
2009).
Studi
lapangan mata kuliah taksonomi tumbuhan rendah di pantai kondang merak, malang selatan
tentang Gracilaria corticata dapat
dikatakan sesuai dengan literature yang digunakan praktikan. Bahwa Gracilaria corticata berwarna merah tua (Rhodophyta) dan habitatnya berada
pada zona pasang surur air laut.
Meskipun namannya seperti itu,
tidak semua Rhodophyta berwarna merah. spesies yang beradaptasi di kedalaman
air yang berbeda, berbeda pula perbandingan pigmen asesorisnya. Rhodophyta
warnanya hamper hitam di laut dalam, merah cerah pada kedalaman sedang, dan
menjadi kehijauan pada air yang sangat dangkal karena lebih sedikit pikoeritrin
yang menutupi kehijauan klorofil. beberapa spesies tidak memiliki semua
pigmentasi tersebut dan berfungsi secara heterotrof sebagai parasit pada alga
merah lainnya (Campbell,2003).
Rumput
laut atau algae yang juga dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar
dari tanaman laut. Perairan laut Indonesia dengan garis pantai sekitar 81.000
km diyakini memiliki potensi rumput laut yang sangat tinggi. Tercatat
sedikitnya ada 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia, diantaranya ada 55
jenis yang diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi, diantaranya Eucheuma sp.,
Gracilaria sp. dan Gelidium sp. Sejak zaman dulu rumput laut telah digunakan
manusia sebagai makanan dan obat-obatan.
4.2. Cheilosporum spectabile
4.2.1
Gambar Cheilosporum spectabile
Gambar Literatur
|
|
(www.boldsystems.org)
|
Keterangan
gambar :
Ø Bentuk talus :
§ berwarna merah pudar
§ struktur halus
§ bentuk talus pipih
§ tepi bergerigi
§ holdfast berbentuk cakram
§ stipe dan blade belum bias dibedakan
§ tidak membentuk percabangan
Ø Ukuran talus :
§ panjang keseluruhan 5,5 cm
§ lebar keseluruhan 5,5 cm
§ panjang blade 3 cm
§ lebar blade 2 cm
4.2.2 Klasifikasi Cheilosporum
spectabile
Klasifikasi
Gracilaria corticata menurut Greville (1830)
:
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Florideophyceae
Ordo : Corallinales
Famili : Corallineceae
Genus : Cheilosporum
Spesies : Cheilosporum spectabile
4.2.3 Pembahasan Cheilosporum
spectabile
Berdasarkan hasil identifikasi
yang telah kami lakukan Cheilosporum spectabile yang
ditemukan di Pantai Kondang Merak tergolong dalam divisi Rhodophyta dengan
warna merah pudar, spesies ini ditemukan di tengah pantai ketika Pantai Kondang
Merak surut. Ciri-ciri dari Cheilosporum spectabile yaitu memiliki holdfast berbentuk cakram, talus
berbentuk lembaran pipih, tipis dan tepinya bergerigi. Stipe dan blade belum
bisa dibedakan, membentuk percabangan dikotom. Hidup bentos, menempel pada
substrat batu karang dengan cakram, hidup didekat batas ombak pasang surut.
Alga merah
sangat melimpah pada perairan pantai bersuhu hangat dilautan tropis, akan
tetapi ada juga beberapa spesies yang hidup liar di air tawar dan tanah.
Fikobilin dan pigmen asesoris yang lainnya memungkinkan beberapa spesies untuk
menyerap panjang gelombang yang tersaring (biru dan hijau). Pada air yang dalam
suatu spesies alga merah baru ditemukan pada kedalaman lebih dari 260
(Tjitrosoepomo, 2005).
Umumnya hidup di lingkungan air
laut, sebagian besar tumbuh pada batu-batuan karang, beberapa jenis juga hidup
epifit pada tumbuhan air kelompok tinggi (Angiosperm) atau pada Rhodophyceae
yang lain, Phaeophycea, Chlorophyceae (Tjitrosoepomo,2009).
Sebagian alga
merah adalah multiseluler, dan yang tersebar menjadi bagian dari rumput laut
bersama alga coklat. meskipun tidak ada alga merah yang sebesar alga coklat
raksasa (kelp). Banyak diantara talus alga merah berfilamen, Sering kali
bercabang dan terpilin dalam pola renda yang rumit. Dasar talus ini umumnya terdiferensasi sebagai sebuah holhfast
sederhana (Ferdinand, 2002).
Beberapa alga
merah digunakan sebagai bahan makanan di
daerah pantai terutama dikawaan timur. Agar-agar yang secara luas digunakan
sebagian besar untuk pembiakan bakteri dan organisme yang lain di ekstrak dari
alga merah (Tjitrosoepomo, 2005).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa di pantai Kondang Merak ditemukan banyak spesies makroalga.
Diantara spesies-spesies tersebut yang tergolong dalam kelas Rhopophyta yaitu :
1.
Gracilaria cornicata merupakan alga merah (Rhodophyta) karena thallusnya
berwarna merah, mengandung klorofil a
dan d, karotinoid dan fikobilin (fikoeritrin dan fikosianin). Bentuk
thallus pipih, menempel pada substrat batu dan mengandung zat kapur. Memiliki
tinggi thallus ± 9 -17 cm, kaku, permukaannya rata, percabangan dikotom dan
bersegmen. Ukuran segmen biasanya 2-4 mm dan halus. Kelimpahan alga ini
dominan. Biasanya alga ini dipakai untuk bahan pembuatan agar-agar.
2.
Cheilosporum spectabile merupakan alga merah (Rhodophyta) juga karena warna dari
thallusnya adalah merah. Thallusnya berbentuk pipih, dan mengandung kapur.
Melekat pada koral dan batu, biasanya juga mengapung dalam air laut. Panjang
thallus 6 cm, lembut, tegak lurus, dan mempunyai percabangan dikotom.
Kelimpahan alga ini moderat.
5.2 Saran
Sebaiknya
dalam pengambilan spesies lebih diminimalisir lagi, jika herbarium di
laboratorium sudah ada mending spesies yang itu tidak usah diambil, demi
menjaga kelestaian tumbuhan laut disan juga.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Ismail. 1995. Rumpai Laut
Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa & Pustaka.
Boney, A.D. 1966. A Biology of
Marine Algae. London: Anchor Press.
Dawes, C.J.
1981. Marine Botany. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Dawson, E.Y.
1966. Marine Botany: An Introduction. New York: Holt, Rinehart and
Winston Inc.
Gupfa, J.S.
1981. Text Book of Algae. Oxford
& IBH Publishing. Co. New Delhi.
Hayati, A dan Insan, M, 2009. Keanekaragaman
Makroalga di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang. Makalah Seminar
Nasional Biologi XX dan Konggres PBI XIV di Universitas Maulana Malik Ibrahim
Malang. 24-25/III 2009.
Hook, C. Van den. 1998. Algae An Introduction to Phycology.
Cambridge. University Press. London.
Prasetyo, L. 2009. Studi Tentang KeanekaragamanKarang Jenis Hermatipik (Hermatypic Coral)
Di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur. Skripsi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya. Malang
Sabbithah, S. 1999. Taksonomi Tumbuhan 1 (ALGAE). Laboratorium Taksonomi Tumbuhan.
Fakultas Biologi UGM.
Saptasari, Murni. 2010. Variasi Ciri Morfologi Dan Potensi Makroalga Jenis Caulerpa Di Pantai
Kondang Merak Kabupaten Malang. El Hayah. Vol.1 No.2
Sulisetjono. 2009. Bahan Serahan Alga. Malang : UIN Press.
Mba zahra, punya bahan kuliah taksonomi tumbuhan dari pak Sulisetjono ga?? saya lagi butuh untuk skripsi saya. Terimakasih sebelumnya :)
BalasHapusCasino: Slots & Bingo | JTM Hub
BalasHapusCome and play 제주도 출장샵 at the world's largest 남양주 출장샵 slot machine 군포 출장마사지 game library. 과천 출장안마 Enjoy 24/7 slot and bingo plus over 200 강릉 출장샵 casino games online including Blackjack, Roulette,