LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN II
FUNGI, LICHEN DAN BRYOPHYTA
DI HUTAN CANGAR BATU MALANG
Dosen
Pengampu :
Ainun
Nikmati Laily, M.Si
Drs.
Sulisetijono, M.Si
Disusun
Oleh :
Umdatul Khasanah (12620059)
Syarafina Putri (12620060)
Amina Zahara (12620067)
M. Faizal (12620074)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara tropis yang memiliki banyak keanekaragaman flora dan fauna lebih dari
negara-negara yang lain. Dengan letak geografisnya yang mendukung, berbagai
macam organisme dapat berhabitat di dalamnya. Kekayaan sumber daya alam juga
mengindikasikan kekayaan hayatinya. Berbagai jenis tumbuhan
tidak hanya tumbuhan tingkat tinggi, namun juga tumbuhan tingkat rendah,
tersebar luas di seluruh tanah air. Seperti halnya lumut, lichen dan jamur yang
termasuk tumbuhan tingkat rendah, terutama terdapat pada daerah hutan tropis. Tumbuhan ini tidak hanya bersifat merugikan
manusia, tetapi juga banyak manfaat yang terkandung didalamnya, contohnya saja
tumbuhan jamur yang bisa dimakan kaya akan protein dan zat besi didalamnya,
tumbuhan lumut dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit hepatitis dan juga
lichenes dapat digunakan sebagai indikator lingkungan dan juga sebagai tanaman
pioner, namun banyak yang belum mengetahui apa manfaat dari tumbuhan-tumbuhan
tersebut.
Cangar merupakan salah satu kawasan perbukitan
yang terdapat kawasan pengawasan dan pekayaan hayati hutan sebagai salah satu
daerah ini merupakan daerah pegunungan hutan yang suhunya masih rendah antara
18-20o , komponen biotik yang banyak ditumbuhi pohon besar dan
banyak jenis jamur, lichen serta lumut yang menjadi indikator bahwa daerah ini
masih sangat alami dan belum banyak terekploitasi, daerah Cangar merupakan
kawasan pegunungan hutan yang dijadikan area wisata alami serta sumber daya
hayati dan juga terdapat sumber air
panas yang menjadi modal utama pemasokan pendapatan daerah kota batu. Keberadaan hutan Cangar dengan berbagai macam komponen tumbuhan
merupakan ekosistem yang sangat penting bagi rantai makanan di kawasan
tersebut.
Kuliah Kerja
Lapangan yang dilakukan di Pemandian Air Panas Cangar, tepatnya di hutan Cangar
membuktikan dengan adanya beragam spesies dari objek yang diamati, bahwa
Indonesia memang kaya dan hal ini menjadi pertimbangan penting untuk semakin
mengeksplorasi keanekaragaman tersebut untuk Kemajuan sains dan masyarakat. hal ini bertujuan agar mahasiswa mudah dalam mencari sampel untuk
penelitian. Karena di
hutan ini masih banyak spesies-spesies yang tumbuh liar dan dapat dimanfaatkan
sebagai sarana penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a.
Bagaimana
ciri-ciri variasi tumbuhan lumut, lichen, dan jamur di hutan Cangar, Batu
Malang?
b.
Bagaimana
habitat tumbuhan lumut, lichen, dan jamur di hutan Cangar, Batu Malang?
c.
Bagaimana
cara reproduksi tumbuhan lumut, lichen, dan jamur di hutan Cangar, Batu Malang?
d.
Bagaimana
manfaat dan peranan tumbuhan lumut, lichen, dan jamur di hutan Cangar, Batu
Malang?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan yang dicapai berdasarkan rumusan masalah adalah sebagai berikut :
a.
Untuk
mengetahui ciri-ciri variasi tumbuhan lumut, lichen, dan jamur di hutan Cangar,
Batu Malang
b.
Untuk
mengetahui habitat tumbuhan lumut, lichen, dan jamur di hutan Cangar, Batu
Malang
c.
Untuk
menjelaskan cara reproduksi tumbuhan lumut, lichen, dan jamur di hutan Cangar,
Batu Malang
d.
Untuk
mengetahui manfaat dan peranan tumbuhan lumut, lichen, dan jamur di hutan
Cangar, Batu Malang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Lumut
Lumut merupakan tumbuhan kecil, lembut yang apakah secara
khas tinggi 1-10 cm ( 0.4-4 inchi),
meskipun beberapa jenis adalah banyak lebih besar. Mereka biasanya tumbuh
berdekatan bersama-sama di dalam keset / dasar, perdu atau di tempat rindang.
Mereka tidak mempunyai bunga atau biji, dan daun-daun yang sederhananya
menutupi batang liat yang tipis. Pada lumut tertentu menghasilkan capsule spora
yang nampak seperti paruh yang dilahirkan pada tangkai tipis. Ada kira-kira
10,000 jenis lumut digolongkan pada Bryophyta.
Sekarang ini lain, dua kelompok Bryophyta adalah ditempatkan dalam divis
tersendiri.Tumbuhan Bryophyta merupakan tumbuhan yang paling primitive yang
tidak memiliki akar sesungguhnya, batang, atau tangkai. Mereka ada sejak lima
ratus juta tahun.Bryophyta merupakan tumbuhan kecil, herbaceous yang tumbuh
tertutup, selalu berkumpul menjadi alas bebatuan, tanah, ataupun menjadi epifit
pada batang dan cabang tanaman (Campbell,2012).
Tumbuhan lumut termasuk
golongan tumbuhan tingkat rendah yang filogenetiknya lebih tinggi dari pada
golongan algae karena dalam susunan tubuhnya sudah ada penyesuaian diri
terhadap lingkungan hidup di darat, gametangium dan sporangiumnya multiseluler,
dan dalam perkembangan sporofitnya sudah membentuk embrio. Tumbuhan lumut
merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta (dari
bahasa Yunani bryum, “lumut”).Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas
antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan
daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati.
Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: “serupa akar”).
Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis (Tjitrosoepomo,2009).
Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di
suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan
lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang
luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain
dan tumbuhan yang lainnya.Klasifikasi tradisional menggabungkan pula lumut hati
ke dalam Bryophyta. Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan
bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisah lumut
hati ke dalam divisio baru. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan
lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia. Kebun Raya
Cibodas di Jawa Barat memiliki “taman lumut” yang mengoleksi berbagai tumbuhan
lumut dan lumut hati dari berbagai wilayah di Indonesia dan dunia.Lumut
merupakan tumbuhan darat sejati, walaupun masih menyukai tempat yang lembab dan
basah. Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut
(Sphagnum sp.).Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekat
dengan perantaraan Rhizoid (akar semu), oleh karen itu, tumbuhan lumut
merupakan bentuk peralihan antara tumbuhan bertalus (Thallophyta) dengan
tumbuhan berkormus (Kormophyta) (Tjitrosoepomo,2009).
Secara ilmu tumbuhan,
lumut termasuk Bryophyta, atau tumbuhan non vaskuler. Mereka dapat dibedakan
dari yang serupa liverworts ( Marchantiophyta atau Hepaticae) dengan
multi-cellular mereka rhizoids. Lain perbedaan bukanlah universal untuk semua
lumut dan semua liverworts, yang membedakan “batang” dan “daun-daun”, ketiadaan
daun-daun yang terbagi-bagi atau berlekuk, dan ketidakhadiran daun-daun diatur
dalam tiga golongan, semua menunjuk tumbuhan lumut. Sebagai tambahan terhadap
kekurangan suatu sistem vaskuler, lumut mempunyai gametophyte-dominant siklus
hidup, yaitu. sel haploid untuk kebanyakan siklus hidupnya. Sporophytes
(diploid) berumur pendek dan dependent pada atas gametophyte. Ini adalah
berlawanan dengan pola aturan yang diperlihatkan oleh kebanyakan “tumbuhan
tingkat tinggi”. Di dalam tumbuhan vaskuler, sebagai contoh, haploid generasi
diwakili oleh pollen dan ovule, sedang diploid generasi adalah tumbuhan
berbunga yang umum dikenal (Tjitrosoepomo,2009).
Ciri - ciri tubuh lumut sebagai berikut :
1. Sel - sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari
selulosa.
2. Daun lumut umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun,
lebih dari satu lapis sel. Sel - sel daun kecil, sempit, panjang, dan
mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Di antaranya terdapat sel -
sel mati yang besar - besar dengan penebalan dinding dalamnya berbentuk spiral.
Sel - sel yang mati ini berguna sebagai tempat persediaan air dan cadangan
makanan.
3. Pada tumbuhan lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada
pertumbuhan membesar. Pada ujung batang terdapat titk tumbuh dengan sebuah sel
pemula di puncaknya. Sel pemula itu biasanya berbentuk bidan empat (tetrader =
kerucut terbalik) dan membentuk sel - sel baru ke tiga arah menurut sisinya.
Ukuran lumut yang terbatas mungkin disebabkan tidak adanya sel berdinding
sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong seperti pada tumbuhan
berpembuluh.
4. Rizoid tampak seperti rambut atau benang - benang. Berfungsi sebagai
akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam - garam
mineral (makanan). Rizoid terdiri dari satu deret sel yang memanjang kadang -
kadang dengan sekat yang tidak sempurna.
5. Struktur sporofit (sporangium) tubuh lumut terdiri atas:
a.
vaginula, yaitu kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium.
b.
seta atau tangkai.
c.
apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan
antara seta dengan kotak spora.
d.
kaliptra atau tudung berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi
tudung kotak spora.
e.
kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan
spora. Sporofit tumbuh pada gametofit yang hijau menyerupai daun. Sporofit
memiliki kloroplas sehingga dapat berfotosintesis, tetapi juga mendapatkan
makanan dari gametofit tempatnya melekat. Meiosis terjadi dalam kapsul matang
pada sporofit, menghasilkan spora haploid. Spora lumut terbungkus dinding
khusus yang tahan terhadap perusakan alam. Spora dapat bertahan lama dalam
keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Gametofit berbentuk seperti daun
dan di bagian bawahnya terdapat rizoid sebagai ganti akar. Jika sporofit sedang
tidak memproduksi spora, gametofit akan membentuk anteridium dan arkegonium
untuk melakukan reproduksi seksual.
6. Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak Kemotaksis, karena
adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur.
7. Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian bagian :-
Vaginula (kaki) - Seta (tangkai) - Apofisis (ujung seta yang melebar) - Kotak
Spora : Kaliptra (tudung) dan Kolumela (jaringan dalam kotak spora yang tidak
ikut membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid.
8. Struktur tubuh tumbuhan lumut sebagai berikut.
a.
Akar
Tumbuhan lumut mempunyai akar semu yang
disebut rizoid. Rizoid berfungsi untuk melekat pada tempat tumbuh (substrat)
serta menyerap air dan unsur hara.
b.
Batang
2.2 Jamur
Jamur dalam beberapa pustaka masih dimasukkan dalam dunia
tumbuhan, yakni Thallophyta, akan tetapi tidak mempunyai klorofil, sehingga
untuk hidupnya memerlukan sumber bahan organik. Dinding selnya kebanyakan
mengandung zat khitin, yang terdiri dari rangkayan molekul N-acetylglocosamina.
Perkembangan belakangan ini seperti yang telah di kemukakan oleh Alexopoulos
dan mims (1979) di beri kerajaan sendiri dan di pisahkan dengan tumbuhan dengan
nama Myceteae. (Sastrahidayat, 2010)
Cangar, di tempat ini masih
terdapat hutan hujan tropis, meskipun ekosistemnya sudah mulai terganggu dengan
aktifitas manusia, namun hutan di tempat ini masih menyimpan keanekaragaman
jenis jamur yang cukup bevariasi. Keadaan demikian di tunjang oleh adanya
lantai hutan yang basah dengan dedaunan yang berserakan dan terdapat beberapa
kayu-kayuan yang lapuk yang menjadi habitat dari jamur. Menurut (Campbell, et
al., 2012) Fungi adalah komponen biosfer yang sangat sangat besar dan penting.
Keanekaragamanrnya menakjubkan: sementara sekitar 100.000 spesies telah di
identivikasi, diperkirakan bahwa sebenarnya terdapat tak kurang dari 1,5 juta
sepesies fungi. Beberapa fungi khusus bersel tunggal, namun sebagian besar
memiliki tubuh multiseluler yang kompleks, yang pada banyak kasus mencakup
struktur yang kita kenal sebagai cendawan. Keanekaragaman ini membuat fungi
mampu mengolonisasi hamper semua habitat terrestrial yang terbayangkan;
sporanya yang terbawa angina bahkan telah ditemukan 160 KM di bawah tanah.
Pada hutan cangar ini fungi di temukan di lantai hutan
dan di kayu tanaman yang telah lapuk. Menurut (Campbell, et al., 2012) fungi
tidak hanya beraneka ragam dan tersebar luas, namun juga penting bagi
kemakmuran sebagian besar ekosistem terrestrial. Mereka memecah materi organik
dan mendaur ulang nutrient, memungkinkan organisme lain untuk mengasimilasi
unsur-unsur kimia yang esensial. Manusia memperoleh keuntungan dari jasa fungi
pada pertanian dan kehutanan seperti peran pentingnya dalam membuat berbagai
produk mulai dari roti hingga antibiotik. Namun benar pula adanya bahwa
beberapa fungi menyebabkan penyakit pada tumbuhan dan hewan.
Tidak hanya di lantai hutan,
kamipun menemukan fungi yang terdapat pada akar pohon, dikenal juga dengan
sebutan fungi mikoriza. Menurut (Campbell, et al., 2012) beberapa fungi
memiliki hifa terspesialisasi yang memungkinkan mereka menyerap makanan pada
tubuh hewan hbidup. Spesies-spesies fungi yang lain memiliki hifa
terspesialisasi yang di sebut Haustoria, yang digunakan oleh fungi untuk
mengekstraksi nutrient dari atau bertukar nurien dengan inangnya. Hubungan yang
saling menguntungkan antara fungi dan akar tumbuhan disebut mikoriza
(Mycorhyzae) istilah yang berarti akar.
Fungi mikoriza dapat
meningkatkan pengantaran ion fosfat dan mineral-minertal yang lain ke tumbuhan,
karena jejaring miselium fungi yang sangat luas lebih efesien dari akar
tumbuhan dalam memperoleh mineral dari tanah. Sebagai gantinya, tumbuhan
menyuplai fungi dengan nutrient-nutrien organic seperti karbohidrat. Ada
bebrapa tipe fungi mikoriza. Fungi ektomikaryza (ectomycaryzal fungi)
memebentuk selubung hifa diatas permukaan akar dan juga tumbuh kedalam ruang
ekstraseluler pada korteks akar. Fungi mikoriza arbuskular menunjukkan hifanya
yang bercabang-cabang memiliki dinding sel akar dan kedalam tabung yang
terbentuk melalui invaginasi (pendorongan ke dalam) membrane sel akar. (Campbell,
et al., 2012)
Cendawan atau jamur tidak
memiliki kromofora, oleh sebab itu umumnya tidak berwarna, tetapi ada jamur
yang tinggi tingkatannya terdapat macam-macam zat warna, terutama dalam badan
buahnya. Zat warna itu umumnya terdiri atas senyawa aromatic yang tidak
mengandung senyawa N. Talus hanya pada yang paling sederhana saja yang
telanjang, umumnya sel-sel mempunyai membrane yang terdiri atas kitin dan bukan
selulosa. (Tjitrosoepomo, 2009)
Fungi yang hidup di darat
dapat menghasilkan spora yang terbentuk di bawah sel-sel khusus (askus), jadi
merupakan endospore, ada yang di luar basidium, di sebut aksospora. Disamping
itu jamur dapat membiak aseksual dengan konidium. (Tjitrosoepomo, 2009)
2.3 Lichen
Belum jauh kami melangkah memasuki hutan di kawasan
wiasta cangar, kami langsung menemukan liken yang menempel di pohon. Menurut
(Campbell, et al., 2012) liken adalah asosiasi simbiotik antara mikroorganisme
fotosintetik dan fungi dengan jutaan sel fotosintetik yang disatukan oleh masa
hifa fungi. Menurut (Tjitrosoepomo, 2009) organisme ini sebenarnya kumpulan
antara fungi dan alga, tetapi sedemikian rupa hingga dari segi morfologi dan
fisiologi merupakan satu kesatuan.
Menurut (Sastrahidayat, 2010) liken merupakan jamur yang bersimbiosis
dengan alga, dengan jumlah sepesies lebih dari 16.000 spesies yang telah
diketahui. Mereka menduduki niche ekologi dan telah merupakan kelompok yang
terpisah. Liken biasanya mempunyai patner jamur Ascomycetes atau
basidiolichenes.
Menurut (Suhono, 2012) liken (latin=lumut pohon)
merupakan organisme simbiosis yang terdiri atas benang-benang fungi (hifa) dan
alga hijau atau alga hujau-biru mikroskopis yang hidup bersama sdan berfungsi
sebagai satu indifidu. Tubuh liken disebut talus dan tidak menyerupai komponen
alga maupun fungi. Liken tumbuh dengan cepat pada bebatuan, tanah, pohon, atau
setruktur artifisial apapun. Mereka dapat hidup di kondisi ekstrim seperti di
Afrika, Amerika, bahkan padang pasir. Organisme ini berperan penting sebagai
vegetasi [erintis di beberapa habitat, karena kemampuannya melakukan infasi
pertama pada batu atau tanah yang baru terkena sinar matahari.
Pada hutan taman wisata cangar, liken dapat di temukan
menempel di batu dan pohon. Bentuk liken yang di temukan berfariasi, ada yang
menempel pada batang pohon secara merata, ada yang membentuk seperti lembaran
dan ada yang berbentuk seperti benang-benang yang menjulur pada dahan.
Terdapat sekitar 13.500 sepesies liken di permukaan bumi,
yang sebagian besar dipelajari di belahan bumi empat musim. Untuk emmudahnak
dalam mempelajarinya, liken di kelompokkan berdasarkan bentuk hidupnya. Ada
tiga kelompok, yaitu crustose, foliose, dan fruticose. Namun, ketiga bentuk ini
tidak dapat dijadikan dasar taksonomi liken, karena liken yang tergolong satu
suku atau bahkan satu marga dapat berbentuk crustose, foliose, dan fruticose.
Banyak ahli liken menambahkan satu ebntuk algi yaitu squamulose. System
pengklasifikasian liken masuk dalam system klasifikasi fungi. (Suhono, 2012)
Liken diketahui memiliki beberapa manfaat. Organisme ini
menmghasilkan metabolit sekunder yang ebrperan penting dalam membedakan
jenisnya. Penggunaan langsing dari senyawa sekunder ini dapat dilihat pada
produk obat-obatan, bahan pencelup, dan komponen parfum. Dialam, senyawa ini
berperaperan sebagai pertahanan diri liken sebagai herbifora, juga membantu
ememcahkan substrat batu. Liken mengandung jenis sianobakteri sebagai fotobion
yang menyediakan nitrogen terfiksasi untuk lingkingan. Liken merupakan penyedia
makanan untuk kehidupan satwa liar seperti rusa, musang, elk, tupai tikus dan
klelawar, juga perlindungan bagi beberapa jenis ngengat. Beebrapa jenis burung
menggunakan liken fructose untuk sarangnya. Di Jepang liken di rebus dalam sup,
dimakan mentah-mentah, dibuat salad, maupun di konsumsi sebagai kudapan.
(Suhono, 2012)
Liken adalah organisme yang sensitive terhadap kerusakan
lingkungan sehingga berpotensi digunakan sebagai bioindikator atau biomonitor
dari kesetabilan suatu ekosistem. (Suhono, 2012)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Kuliah Kerja Lapangan
mengenai keanekaragaman Fungi, Lichen, dan Bryophyta dilaksanakan pada hari
Sabtu tanggal 16 November 2013 pada pukul 10.00 – 13.00 di Kawasan Perbukitan
Taman Hutan Rakyat (Tahura) Cangar, Kota Batu Malang.
3.2 Alat dan
Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat – alat yang
digunakan pada pengamatan ini adalah :
1.Alat tulis (1 set)
2.Alat dokumentasi (1 buah)
3.Amplop (5
buah)
4.Pisau (1
buah)
5.Plastik (3
buah)
3.2.2 Bahan
Adapun bahan – bahan
yang digunakan pada pengamatan ini adalah :
1. Fungi (1
buah)
2. Lichen (1
buah)
3. Bryophyta (1 buah)
3.3 Cara Kerja
1. Diamati organisme yang merupakan Fungi,
Lichen dan Briophyta.
2. Difoto bagian tallus dari Fungi, Lichen dan
Briophyta.
3. Diidentifikasi jenis dan habitatnya dari
masing-masing spesies yang ditemukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Ramalina
subfarinacea (Lichen)
4.1.1
Gambar Pengamatan
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
|
(Wolf,2009)
|
Keterangan
:
1.
Talus
2.
Bagian
yang menempel pada substrat
3.
Mempunyai
percabangan
4.
Berwarna
hijau keabu-abuan
4.1.2
Klasifikasi
Klasifikasi
Ramalina subfarinacea menurut Suryo (2002) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi
: Ascolichenes
Kelas
: Lecanoromycetes
Ordo
: Lecanorales
Famili
: Ramalinaceae
Genus
: Ramalina
Spesies
: Ramalina subfarinacea
4.1.3
Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan, Ramalina subarinacea merupakan
salah satu jenis lichen yaitu frutikosa karena struktur talusnya
bercabang-cabang dan ditemukan menggantung di atas pohon, melekat pada substrat
yaitu pada batang pohon yang lembab. spesies ini banyak ditemukan di hutan
lembab yang banyak terdapat air. talusnya tipis dan pendek, berwarna hijau
pudar, struktur talusnya halus dan bentuknya seperti serabut.
Jenis ini banyak di Indonesia, tumbuh
pada batang tanaman dan kayu lapuk dan di batuan. Tubuh buah mengkerut dengan
tepian putih. Kerutan tubuh buah berbentuk mirip mangkuk (Suhono, 2012).
Liken ini tumbuh dalam koloni pada batang tumbuhan yang telah lapuk. Daerah
dengan kelembapan tinggi amat disukainya, terutama ditepian sungai. Liken kerut
berkembang biak dengan 2 cara, seksual dan aseksual. Apothesia muncul pada
tubuh buah dengan bentuk mangkuk berisi askus. Askus berisi spora dengan bentuk
lonjong. Peekembangbiakan aseksual atau vegetatif dilakukan dengan pemisahan
bagian tubuh yang kemudian tumbuh menjadi individu baru (Suhono, 2012).
Perkembangbiakan dapat dilakukan secara seksual
dan aseksual. Secara seksual dengan apothesia yang tumbuh pada ujung tubuh
buah. Di dalam apothesia terdapat askupora yang berisi spora. Perkembangbiakan
secar aseksual dilakukan dengan potongan atau pemutusan bagian tubuh buah yang
terpisah. Tubuh buah ini kemudian tumbuh menjadi individu baru dan mengeluarkan
banyak tubuh buah berupa batang-batang-batang kecil bercabang (Suhono,
2012).
Secara tradisional, jenis liken ini di mnfaatkan sebagai
bahan obat, antara lain untuk mengobati diare, disentri dan pegel linu. Liken
ini juga digunakan sebagi anti biotik dan anti jamur pada luka dan pembekakan,
serta mengatasi infeksi paru-paru dan TBC (Suhono, 2012).
4.2 Ganoderma lucidium (Jamur)
4.2.1 Gambar Pengamatan
Gambar
pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
|
(Wolf,2009)
|
Keterangan :
1.
Cap
2.
Stalk
3.
Berwarna
coklat
4.2.2
Klasifikasi
Klasifikasi ilmiah dari Ganoderma lucidum adalah
sebagai berikut (Suryo, 2002):
Kingdom :
Fungi
Divisi :
Basidiomycota
Class :
Agaricomycetes
Ordo
: Polyporales
Family :
Ganodermataceae
Genus :
Ganoderma
Species : Ganoderma lucidum
4.2.3 Pembahasan
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa Ganoderma Lusidium tumbuh
di batang kayu sehingga termasuk jamur kayu dan warna pada jamur ini yaitu
berwarna coklat.
Jenis-jenis
Ganoderma selain Ganoderma Lusidium yaitu
Ganoderma Applanatum ( jamur perang
), jamur ini tidak mengandung tangkai dan tumbuh hampir diseluruh belahan dunia
bahkan pernah mencatat rekor yaitu berat bisa mencapai 12 poun; Ganoderma sinense ( jamur ungu ),
bentuknya hampir sama dengan ganoderma lainnya, hanya saja berwarna ungu; Ganoderma Oregonense ( jamur perang tua
); Ganoderma Tsugae, berwarna merah
agak lebih tua (Darmono, 2000).
Jamur kayu (Ganoderma sp.) disebut juga dengan nama jamur
Lingshi yang memilki bentuk seperti kipas, kerak, papan, atau payung. Di dalam
famili Polyporaceae, dijumpai jamur dari genus Poria, Polyporus, Fomex,
Lenzites, dacdalia, Irpex, dan Ganoderma. Badan buah keras, berkayu, berasa
pahit, dan tidak dapat dibuat sebagai bahan makanan, biasanya hanya digunakan
sebagai bahan baku obat. Jamur Lingshi hidup pada pohon yang masih hidup,
selain yang sudah mati.Sifat jamur adalah kosmopolitan, yaitu menyerang semua
jenis pohon berkayu.Penyebaran pertumbuhan sampai daerah tropik dan subtropik
(Hendritomo, 2010).
Daging badan buah (pulp) elastis dan berpori. Basidium
berbentuk subglobular dengan 4 sterigma, sedangkan basidioporanya berwarna
cokelat kekuningan dan berbentuk ovoid. Budidaya jamur Lingshi dapat dilakukan pada
ketinggian tempat 400-600 m pal, bahkan pada ketinggian 1000 m pal masih dapat
tumbuh dengan baik.Suhu pertumbuhan yang diperlukan adalah 15-28o C dengan
kelembapan 80-95% (Hendritomo, 2010).
Habitat
Ganoderma memerlukan lingkungan yang panas dan lembap, suhu antara 26 – 27
derajat Celsius untuk tumbuh. Oleh karena itu, banyak Ganoderma yang tumbuh
liar di hutan. Sebenarnya Ganoderma mudah ditemui di sekitar lingkungan kita,
Ganoderma biasa dilihat tumbuh pada pohon yang masih hidup ataupun yang sudah
mati. Biasanya paling banyak ditemui tumbuh pada tanaman angsana ( Pterocarpus Indica ) atau pohon kenari (
Canarium Commune ). Hidupnya pada
batang pohon bersifat parasit sehingga jika jamur ini tumbuh pada batang pohon
yang masih hidup maka disekitar jamur tersebut batang pohon tersebut akan lapuk
(Darmono, 2000).
Manfaat Ganoderma
lucidum sebagai bahan obat yang sering digunakan sebagai campuran minuman
atau dibuat dalam bentuk kapsul. Kandungan senyawa yang terdapat dalam jamur
kayu berkhasiat meningkatkan kesehatan dan kebugaran konsumennya, serta bisa
juga sebagai pencegah kanker dan mencuci bahan-bahan beracun yang ada di dalam
tubuh (Hidayat, 1995)
4.3 Aulacomnium palustre
4.3.1 Gambar Pengamatan
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
|
(Wolf, 2009)
|
Keterangan:
1.
Mempunyai
filodia yang tersusun bertumpuk-tumpuk
2.
Mempunyai
rhizoid
4.3.2 Klasifikasi
Klasifikasi Aulacomnium palustre menurut Suhono (2012)
yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Kelas : Bryopsida
Ordo : Bryales
Famili : Aulacomniceae
Genus : Aulacomnium
Spesies : Aulacomnium palustre
4.3.3
Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan pada spesies lumut Aulacomnium
palustre memiliki bagian tubuh berupa tumpukan filodia yang berwarna hijau,
teksturnya agak kasar dank eras. Memiliki rhizoid yang berfungsi untuk melekat
pada substrat. Dalam hal ini substratnya berupa batang kayu. Habitatnya
ditemukan di pohon yang lembab.
Lumut daun (Bryoceae). Lumut daun meripakan lumut yang paling banyak
dijumpai. Hidupnya berkelompok membentuk hamparan yang luas. Meskipun lumut
daun memiliki ukuran tubuh pendek, dampak kolektifnya pada bumi sangat besar.
Sebagai contoh, lumut gambut atau Sphagnum, menutupi paling tidak 3% permukaan
daratan bumi seperti karpet, dengan kerapatan tertinggi pada garis lintang
utara. Hamparan tebal tumuhan hidup dan mati di tanah yang basah, mengikat
banyak sekali karbon organik kaerna berlimpahnya bahan-bahan resisten pada
gambut tersebut yang tidak mudah diurai oleh mikroba. Sebagai tempat menyimpan
karbon, rawa gambut tersebut berperan penting dalam menstabilkan konsentrasi
karbondioksida di atmosfer bumi, dan demikian pula iklim bumi melalui efek
rumah kaca yang berkaitan dengan karbondioksida. Contoh lain dari lumut daun
adalah Polytrichum dan Aulacomnium
palustre.
Alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau pada ujung
cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang letaknya paling atas.
Daun-daun itu kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan yang khusus seperti
pada jungermaniales juga dinamakan periantum.Alat-alat kelamin itu dikatakan
bersifat banci atau berumah satu, jika dalam kelompok itu terdapat baik
arkogenium dan dinamakn berumah dua jika kumpulan arkegonium dan anteredium
terpisah tempatnya. Diantara alat-alat kelamin dalam kelompok itu biasanya
terdapat sejumlah rambut-rambut yang terdiri dari banyak sel dan dapat
mengeluarkan suatu cairan. Seperti pada tubuh buah fungi rambut-rambut steril
itu dinamakan parafisis (Hamid, 2009).
Adapun Peranan
lumut bagi kehidupan yaitu lumut merupakan tumbuhan perintis karena
dapat melapukkan batuan sehingga dapat ditempati oleh tumbuhan yang
lain,juga sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang
menyerupai spons). Lumut dapat menyerap air yang berlebih, sehingga dapat
mencegah terjadinya banjir. Lumut jenis Marchantia polymorpha dapat digunakan
sebagai obat radang hati. Lumut Sphagnum dapat dijadikan sebagai bahan
pengganti kapas
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan, di dapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Jamur (fungi) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak dijumpai di
alam, sehingga sejak dahulu jamur dijadikan sebagai bahan konsumsi utama. Dalam
klasifikasi tumbuhan, kingdom fungi dibagi ke dalam empat filum yaitu
Chytridiomycota, Ascomycota, Zygomycota dan Basidiomycota. Pada penelitian ini
ditemukan beberapa spesies jamur, yaitu
Ganoderma lucidium
2.
Lichen
merupakan salah satu organism simbiosis antara jamur dan ganggang. M,erupakan
organisme perintis. Salah satu spesies yang ditemukan di hutan cangar yaitu Ramalina
subfarinaceae yang memiliki cirri-ciri struktur tralus seperti serabut,
mempunyai percabangan, berwarna hijau keabu-abuan, menggantung di pepohonan,
dan hidup di tempat yang lembab.
3.
Bryophyta
merupakan tumbuhan peralihan yang hidupnya di zona amphibious. Dalam hal ini
spesies yangt ditemukan yaitu Aulacomnium palustre yang memiliki
ciri-ciri filodia tampak bertumpuk-tumpuk dengan stuktur agak kasar, berwarna
hijau, terdapat rhizoid yang berfungsi untuk menempel pada substrat dan
menyerap unsur hara. Habitatnya di tempat yang lembab dan banyak mengandung
air.
5.2
Saran
KKL berjalan dengan baik, namun ada kendala cuaca yang buruk yaitu
musim hujan sehingga penelitian belum
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A.2012..Biologi Jilid 2 Edisi Kelima.Jakarta:Erlangga
Campbell, Neil
A, dkk. (2004). Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta; Penerbit Erlangga
Hendritomo,
Isnawan Hengky. (2010). Jamur Konsumsi Khasiat Obat. Yogyakarta:Penerbit
ANDI
Parjimo dan
Susanto, Budi.2008. Budidaya Jamur. Jakarta; Penerbit Swadaya
Sastrahidayat, I. R. (2010). MIKOLOGI Ilmu Jamur. Malang: UB Press.
Suhono, B.
(2012). ENSIKLOPEDIA BIOLOGI DUNIA TUMBUHAN RUNJUNG DAN JAMUR. Jakarta:
Lentera Abadi.
Tjitrosoepomo,Gembong.2009.Taksonomi
Tumbuhan.Yogyakarta:UGM Press
Tjitrosoepomo,
Gembong. (2003). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta; Penerbit UGM Press
Wolf, R.
(2009). CalPhotos Photo Database. Retrieved Desember 6, 2012, from
http://calphotos.berkeley.edu